Pada 2022, Asia Tenggara melaporkan sedikitnya 1,1 juta kasus baru penyakit kanker. Tingginya angka kejadian kanker ini dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya populasi yang bertambah tua dan perubahan gaya hidup.

Namun, di samping naiknya kasus kanker, kemajuan perawatan kesehatan di Asia Tenggara yang diiringi dengan tumbuhnya kesadaran menjalankan pola hidup sehat masyarakat Asia Tenggara, menjadi kabar baik dalam upaya pencegahan dan penanganan kejadian kanker.

Hal tersebut terungkap dalam simposium bertajuk “Adjusting to Changes” yang diselanggarakan oleh Parkway Cancer Center (PCC), sebuah pusat perawatan komprehensif bagi pasien kanker yang berbasis di Singapura. Simposium yang digelar pada Sabtu (23/3/2024) di Conrad Centennial, Singapura, ini membedah beragam aspek penting dari kasus kanker. Mulai dari diagnosis, tata kelola kelangsungan hidup pasien, membimbing pasien mengatasi implikasi pengobatan, hingga dukungan pengasuh dan penyedia layanan kesehatan bagi pasien kanker.

Dokter Richard Quek, ahli onkologi medis senior PCC, saat membuka simposium ini mengatakan, kanker adalah suatu perjalanan yang penuh tantangan. “Oleh sebab itu, simposium ini dirancang untuk membantu para pasien dan perawat dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut dengan memberikan informasi dan strategi yang tepat.”

PCC menjelaskan secara terperinci berbagai hal dalam persiapan dan penatalaksanaan upaya pengobatan kanker. Termasuk usaha memberdayakan pasien dan menumbuhkan kepercayaan diri pasien selama masa pengobatan.

Manajer Perawat PCC Jeyanthi Anandan mengungkapkan, diperlukan fondasi untuk keberhasilan pengobatan kanker. Hal ini juga mencakup kemoterapi dan tindakan-tindakan praktis untuk mengatasi efek samping yang biasa dialami pasien selama pengobatan kanker.

“Pasien membutuhkan sistem dukungan untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Anda harus yakin dan percaya pada setiap langkah yang Anda ambil. Jangan lupakan sistem pendukung pasien kanker, sebab mereka memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari pasien,” ungkap Anandan.

Sistem pendukung ini, lanjut Anandan, memainkan peran penting pada penanganan kondisi fisik dan emosional pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara menyeluruh. “Dukungan sosial juga membantu pasien untuk kembali ke masyarakat sebaik mungkin,” imbuhnya.

Manajemen diri

Pasien kanker umumnya mengalami kelelahan tatkala menjalani proses pengobatannya. Untuk itu, diperlukan tindakan yang tepat guna meredakan gejala ini.

Staf perawat senior PCC, Stella Teo, menerangkan cara mengatasi dampak dari proses pengobatan ini melalui kombinasi teknik perawatan diri dan pengaturan nutrisi. Teo mengatakan, perlu strategi untuk mengembalikan energi pasien dan menangani kondisi fisik dan mental pasien.

“Anda perlu mengetahui gejala-gejala berupa kelelahan. Ini bisa diatasi dengan mempraktikkan manajemen diri secara efektif. Para pengasuh juga perlu merawat dirinya sendiri supaya mampu membantu pasien kanker dengan lebih baik,” ujar Teo.

Ketahanan fisik juga menjadi perhatian penting bagi para pejuang kanker. Kebugaran pasien bisa diusahakan dengan melakukan olahraga secara terprogram.

Fisioterapis senior IHH Healthcare SG, Kira Ho, memaparkan tentang kekuatan transformatif olahraga bagi para pasien kanker. “Para pejuang kanker tetap perlu berolahraga secara aman dengan latihan-latihan yang mudah dilakukan. Sebab, latihan fisik cukup baik untuk menjaga kekuatan dan meningkatkan ketahanan mental.”

Namun, kata Ho, pasien jangan memaksakan diri untuk melakukan latihan fisik. “Beberapa pasien mampu melakukan latihan lebih banyak, tapi ada juga yang hanya mampu berlatih secara terbatas. Hal ini tidak masalah. Lakukan sesuai kemampuan saja,” katanya.

Berbagi secara terbuka

Sementara itu, konselor senior PCC Chia Hui Erl menghadirkan perspektif belarasa bagi pejuang kanker untuk mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan pascakanker. Erl membagikan panduan dan arahan untuk membangun kondisi psikis para penyintas dengan pendekatan holistik.

“Saya pikir penting bagi kita untuk menilai kembali apa yang menurut kita normal. Kita perlu berbagi secara terbuka dengan keluarga dan teman-teman sehingga terbentuk pemahaman bersama rentang yang lebih luas tentang apa itu normal. Dukungan keluarga dan teman, akan membantu kita berintegrasi kembali dengan kehidupan,” ungkap Erl.

Ia menekankan bahwa mendengarkan dan memahami apa yang dialami seseorang dapat membantu pasien membangun kembali kekuatan mental dan emosinya. “Pikiran mampu memilih apapun yang ingin Anda percayai. Sungguh akan menjadi berkah jika Anda memilih narasi welas asih yang membantu kita membuat pilihan yang lebih sehat,” lanjut Erl.

Untuk itulah, PCC hadir sebagai tim yang berpengalaman dan memberikan pelayanan dari hati kepada setiap pasien dari seluruh dunia. PCC mampu menyediakan perawatan secara holistik bagi semua pejuang kanker beserta keluarganya yang membutuhkan bantuan mereka.

Baca juga: Inilah Jenis-jenis Kanker Payudara yang Patut Diwaspadai

SURVEI SEPUTAR KANKER

Silakan mengisi survei berikut ini untuk membantu kami menghadirkan informasi yang lebih baik kepada Anda.