Vape atau rokok elektrik semakin populer di kalangan remaja dan dewasa muda. Data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan vape di kalangan remaja, yang berpotensi mengarah pada kebiasaan merokok yang lebih luas.

Menurut data Riskesdas, pada 2018, sekitar 10 persen remaja berusia 13-15 tahun dilaporkan pernah menggunakan vape. Angka ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, mengingat bahwa remaja yang mencoba vape lebih mungkin untuk beralih ke rokok konvensional. Hal ini disebabkan oleh kandungan nikotin dalam vape yang dapat menyebabkan ketergantungan.

Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang, dengan 7,4 persen di antaranya adalah anak-anak dan remaja berusia 10-18 tahun. Ini mengindikasikan bahwa kelompok usia muda merupakan segmen yang paling rentan terhadap pengaruh budaya merokok. Vape, dengan berbagai rasa dan kemasan, sering kali menjadi pintu masuk bagi remaja untuk mencoba nikotin.

Tak hanya itu, rokok elektrik juga disebut-sebut telah menjadi alternatif populer bagi mereka yang ingin meninggalkan rokok tradisonal. Namun, apakah vaping benar-benar aman bagi kesehatan? Dr Chin Tan Min, Senior Konsultan Onkologi Medis dari dari Parkway Cancer Centre memberikan pandangan mendalam mengenai hubungan antara vaping dan kanker paru.

Dr Chin Tan Min, Konsultan Senior, Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre. DOK PCC

Fakta

Banyak orang berpendapat bahwa vaping lebih aman dibandingkan dengan rokok tradisional. Meski demikian, fakta dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa vaping tetap berbahaya.

Dalam jangka pendek, vaping diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru seperti serangan jantung, asma, serta penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Namun, dampak jangka panjangnya masih menjadi misteri, mengingat vaping merupakan teknologi baru yang belum diteliti secara mendalam.

Selain itu, vape mengandung nikotin, zat adiktif yang juga ditemukan dalam rokok konvensional. Nikotin ini memicu reaksi kimia di otak yang menimbulkan sensasi kesenangan sementara yang dapat menyebabkan kecanduan.

Apakah vaping menyebabkan kanker paru-paru?

Saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan vaping secara langsung menyebabkan kanker paru. Namun, banyak pengguna vape juga adalah perokok aktif atau mantan perokok. Hal ini membuat sulit untuk menentukan apakah efek kesehatannya berasal dari vaping, merokok, atau kombinasi keduanya.

Lebih jauh lagi, karena vaping relatif baru, perlu waktu bertahun-tahun sebelum memperoleh data konkret tentang efek jangka panjang dan kaitannya dengan kanker paru-paru.

Namun seiring dengan terus berkembangnya pemahaman tentang vaping dan dampaknya, penting untuk menyadari risiko kesehatan terkait dengan kanker paru-paru. Beberapa risiko jangka pendek dari vaping di antaranya:

  • Batuk
  • Peningkatan denyut jantung
  • Sesak napas
  • Iritasi atau cedera pada mulut, tenggorokan, paru-paru
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala

Untuk jangka panjang, risikonya meliputi:

  • Kecanduan nikotin
  • Paparan bahan kimia beracun
  • Meningkatnya kemungkinan merokok

Apakah vaping solusi untuk berhenti merokok?

Meskipun vape mungkin lebih sedikit risiko dibandingkan rokok tradisional, itu bukanlah opsi yang ideal untuk hidup sehat. Banyak vape mengandung konsentrasi nikotin yang sangat tinggi, membuat penggunanya lebih rentan terhadap kecanduan.

Selain itu, karena vape tidak terbakar seperti rokok konvensional, pengguna mungkin tanpa sadar menghisap lebih banyak dari yang mereka sadari. Akibatnya, menghisap lebih lama dan lebih sering dapat mengakibatkan paparan lebih besar terhadap bahan kimia beracun yang terkandung pada alat penguap.

Namun, perokok tidak boleh patah semangat untuk mengurangi dan berhenti merokok. Jika Anda seorang perokok yang ingin mengurangi atau berhenti merokok, bicarakan dengan dokter tentang program atau cara berhenti merokok yang paling tepat bagi Anda.

Mempraktikkan kebiasaan sehat dan manajemen stres yang efektif juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit, termasuk kanker paru-paru.

Baca juga: Strategi Tepat Bantu Pasien Hadapi Tantangan Kanker

SURVEI SEPUTAR KANKER

Silakan mengisi survei berikut ini untuk membantu kami menghadirkan informasi yang lebih baik kepada Anda.