Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, kanker paru-paru di Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah 34.783 kasus (8,8 persen dari total kasus) pada tahun 2020.
Terlepas dari tingkat kesembuhan yang rendah secara global, berbagai inovasi dalam perawatan dalam 15 tahun terakhir telah meningkatkan harapan hidup bagi pasien kanker paru-paru.
Berikut ini hal-hal penting yang harus Anda ketahui tentang perkembangan terkini dalam perawatan kanker paru-paru, seperti dijelaskan oleh dr Lim Hong Liang dari Parkway Cancer Centre.
1. Tingkat kesembuhan meningkat
Berkat kemajuan pesat dalam dunia medis, tingkat kesembuhan kanker paru-paru mengalami peningkatan signifikan. Salah satu faktor utamanya adalah deteksi dini. CT scan dada dosis rendah telah terbukti efektif dalam mendeteksi kanker paru-paru pada tahap awal, jauh sebelum gejala yang mengganggu muncul.
Dengan semakin banyaknya orang yang menjalani skrining ini, semakin banyak pula kasus kanker paru-paru yang dapat didiagnosis lebih awal.
Selain deteksi dini, perkembangan pesat dalam bidang pengobatan juga memberikan kontribusi besar. Terapi bertarget dan imunoterapi telah merevolusi pengobatan kanker paru-paru.
Terapi bertarget bekerja dengan cara mengidentifikasi dan menyerang sel-sel kanker secara spesifik, sementara imunoterapi merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Kombinasi dari kedua terapi ini, serta kemoterapi dan radiasi yang terus disempurnakan, telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam meningkatkan harapan hidup pasien.
2. Terapi bertarget sangat efektif
Terapi bertarget kini menjadi terobosan penting dalam perawatan kanker paru-paru, terutama bagi pasien dengan mutasi genetik tertentu. Mutasi genetik yang mengubah sel paru-paru normal menjadi sel kanker, yang disebut mutasi driver, ditemukan pertama kali pada tahun 2004.
Penemuan ini memungkinkan perkembangan obat khusus yang menargetkan mutasi tersebut, yang berfungsi untuk menyusutkan tumor secara signifikan. Dengan adanya terapi ini, pasien dengan kanker paru-paru memiliki pilihan perawatan lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional.
Obat-obatan dalam terapi bertarget bekerja dengan cara spesifik, menargetkan hanya sel kanker yang memiliki mutasi driver. Karena obat ini hanya menyerang sel kanker tanpa merusak sel normal, efek samping menjadi jauh lebih ringan.
Berbeda dengan kemoterapi yang sering menyebabkan efek samping berat, terapi bertarget memberikan dampak minimal. Bahkan, sebagian besar obat dalam terapi ini berbentuk tablet yang dapat diminum, sehingga pasien tidak perlu sering melakukan kunjungan ke rumah sakit atau menjalani prosedur invasif.
Pada pasien kanker paru-paru stadium lanjut (stadium 4), terapi bertarget terbukti sangat efektif dalam mengurangi ukuran tumor. Statistik menunjukkan, dua pertiga hingga tiga perempat pasien mengalami penyusutan tumor signifikan setelah menjalani terapi ini.
Efektivitas tersebut dipengaruhi oleh jenis mutasi yang dimiliki setiap pasien, dengan kontrol rata-rata yang dapat bertahan dari satu tahun hingga lebih dari lima tahun, tergantung pada respons individu terhadap terapi.
Terapi bertarget memiliki kemampuan untuk menembus penghalang darah-otak, sehingga efektif dalam mengendalikan kanker yang telah menyebar ke otak. Banyak pasien dengan kanker paru-paru mengalami metastasis ke otak, dan kemampuan terapi ini untuk mengatasi penyebaran tersebut menjadi salah satu aspek yang sangat penting.
3. Precision Medicine, terapi kanker paru-paru lebih personal
Precision Medicine atau pengobatan yang disesuaikan, menjadi pendekatan penting dalam pengobatan kanker paru-paru. Hal ini karena setiap pasien memiliki karakteristik genetik yang unik, sehingga terapi yang efektif bagi satu pasien belum tentu efektif bagi yang lain.
Untuk memperoleh manfaat optimal dari terapi bertarget, mutasi genetik spesifik, atau “mutasi driver,” perlu diidentifikasi terlebih dahulu pada setiap pasien. Hanya dengan mencocokkan jenis mutasi tersebut dengan obat yang tepat, terapi dapat bekerja maksimal, menyerang sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.
Dahulu, pengujian untuk mutasi ini memerlukan proses rumit dan membutuhkan banyak jaringan tumor, terutama jika berbagai jenis mutasi perlu diuji. Namun, dengan hadirnya teknologi Next Generation Sequencing (NGS), proses ini menjadi jauh lebih sederhana dan efisien.
NGS memungkinkan deteksi hingga ratusan mutasi dalam satu kali uji, menjadikan analisis genetik lebih cepat dan akurat. Teknologi ini memudahkan para dokter untuk menentukan terapi paling sesuai bagi pasien, sekaligus mengurangi waktu yang diperlukan dalam penanganan awal kanker paru-paru.
Kini, NGS tidak hanya lebih terjangkau tetapi juga bisa dilakukan melalui sampel darah, memberikan kenyamanan tambahan bagi pasien. Penggunaan sampel darah ini mengurangi kebutuhan untuk prosedur invasif yang sebelumnya diperlukan untuk mengambil jaringan tumor.
Dengan hasil yang lebih cepat dan akurat, Precision Medicine memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru-paru untuk mendapatkan perawatan lebih personal dan efektif, sekaligus memperpanjang harapan hidup mereka.
4. Imunoterapi, harapan baru kelangsungan hidup jangka panjang
Imunoterapi hadir sebagai opsi dalam pengobatan kanker paru-paru, memberikan pendekatan yang berbeda dari kemoterapi dan terapi bertarget. Tidak seperti metode lainnya yang berfokus langsung pada pembunuhan sel kanker, imunoterapi bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh pasien untuk mengenali dan menyerang sel kanker secara alami.
Dengan menumbuhkan respons imun tubuh, imunoterapi berpotensi memberikan efek perlindungan jangka panjang, mirip dengan vaksinasi, yang memungkinkan tubuh untuk terus mengendalikan perkembangan kanker bahkan setelah pengobatan selesai.
Salah satu keuntungan utama dari imunoterapi adalah potensinya untuk memberikan kontrol jangka panjang terhadap kanker paru-paru stadium lanjut. Pada beberapa pasien, efek terapi ini bisa bertahan selama bertahun-tahun, yang signifikan untuk kualitas hidup dan harapan hidup pasien.
Dibandingkan dengan kemoterapi konvensional, yang sering menimbulkan efek samping berat, imunoterapi menawarkan pendekatan yang lebih ringan dan berfokus pada penguatan sistem imun, sehingga pasien dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih nyaman.
Penelitian menunjukkan, kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi memiliki dampak lebih besar bagi pasien kanker paru-paru stadium 4 dibandingkan kemoterapi saja. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun pada pasien yang menerima kemoterapi saja hanya sekitar 5 persen, sedangkan pada mereka yang mendapatkan imunoterapi sejak awal, angka kelangsungan hidup lima tahun meningkat hingga sekitar 23 persen.
5. Kemoterapi tetap menjadi pilar penting pengobatan kanker paru-paru
Meskipun terapi bertarget dan imunoterapi membawa harapan baru bagi pasien kanker paru-paru, kemoterapi tetap memainkan peran yang krusial dalam pengobatan. Kemoterapi bekerja dengan menyerang sel kanker, menjadikannya efektif menekan pertumbuhan kanker.
Pada beberapa kasus, bahkan kemoterapi tunggal bisa memberikan manfaat signifikan bagi pasien, terutama yang tidak merespons baik terhadap terapi bertarget atau imunoterapi.
Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara kemoterapi dan imunoterapi memiliki hasil lebih baik dibandingkan dengan imunoterapi saja. Kombinasi ini memberikan perlindungan ganda, dimana kemoterapi menghancurkan sel-sel kanker yang menyebar cepat, sementara imunoterapi merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menyerang sel-sel kanker secara alami.
Bagi pasien yang sebelumnya telah mendapatkan terapi bertarget atau imunoterapi tetapi mengalami perkembangan kanker, kemoterapi seringkali menjadi pilihan terakhir yang efektif. Meskipun kemoterapi dapat menimbulkan efek samping, perannya sebagai opsi pengobatan tetap tak tergantikan.
Inovasi dalam perawatan kanker paru-paru di atas memberikan harapan bagi pasien untuk hidup lebih lama dan kualitas hidup lebih baik. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi Parkway Cancer Centre.