Imunoterapi, suatu bentuk pengobatan kanker yang baru, mulai mendapatkan tempat ketika para peneliti menemukan bahwa imunoterapi efektif melawan berbagai jenis kanker yang berbeda.
Menurut Dr Richard Quek, Konsultan Senior Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC), suatu bentuk pengobatan kanker yang baru yang disebut imunoterapi, yang menggunakan sistem imun tubuh sendiri untuk melawan kanker, telah mengubah perspektif dalam terapi kanker.
Imunoterapi terbukti efektif dalam meningkatkan harapan hidup pada pasien melanoma serta jenis kanker lainnya. Sebelumnya, kurang dari 10 persen pasien melanoma Stadium 4 yang dapat bertahan dalam jangka panjang. Berkat imunoterapi, 40 persen pasien dari kelompok tersebut kini dapat bertahan dalam jangka panjang, ujar Dr Quek dalam seminar Understanding Cancer and Beyond baru-baru ini.
Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah menyetujui penggunaan imunoterapi dalam banyak jenis kanker, termasuk melanoma, limfoma Hodgkin, kanker paru, kanker kepala dan leher, serta kanker hati, ginjal, lambung, kandung kemih, dan serviks.
Selain meneliti efektivitasnya dalam melawan jenis kanker lainnya, para peneliti mencari cara untuk meningkatkan efek imunoterapi.
Saat ini, imunoterapi digunakan pada kanker Stadium 4. Namun, para peneliti kini mencoba mencari cara bagaimana agar obat-obat ini dapat digunakan pada kanker stadium lebih dini, untuk mencegah kembalinya tumor. Mereka juga mempelajari penggunaan imunoterapi untuk mengurangi ukuran tumor sebelum operasi, sehingga operasi menjadi tidak terlalu mengerikan.
Selain itu, para peneliti mencoba untuk meningkatkan efektivitas imunoterapi dengan mengkombinasikan kelas-kelas obat imunoterapi yang berbeda guna melihat apakah hasilnya menjadi lebih baik.
“Beragam penelitian sedang berlangsung dan hasilnya sangat menggembirakan,” ujarnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa menggabungkan Nivolumab dan Ipilimumab, dua obat imunoterapi dari kelas yang berbeda, memberikan hasil yang lebih baik pada orang yang menderita melanoma, kanker kolorektal, kanker paru, dan kanker ginjal, ujarnya.
Menggabungkan Nivolumab dan Ipilimumab, dua obat imunoterapi dari kelas yang berbeda, memberikan hasil yang lebih baik pada orang yang menderita melanoma, kanker kolorektal, kanker paru, dan kanker ginjal.
Dr Quek sendiri memiliki seorang pasien yang menderita melanoma Stadium 4 yang memberikan respons yang baik terhadap kombinasi dua kelas obat imunoterapi. Pasien tersebut awalnya diberikan obat imunoterapi tunggal (Pembrolizumab) dan menunjukkan respons yang baik selama jangka waktu tertentu.
Namun, kankernya kembali lagi. Kemudian Dr Quek memberikan kombinasi antara Nivolumab dan Ipilimumab, dan sejak diberikan kombinasi obat, kanker yang diderita pasien pun mengalami remisi dan berbagai pemindaian menunjukkan hasil yang bersih.
Mengombinasikan obat imunoterapi dengan kemoterapi tradisional juga telah memperlihatkan hasil yang menjanjikan. Sebuah penelitian yang telah dipublikasikan yang melibatkan 600 pasien telah menunjukkan bahwa pasien kanker paru yang diberikan imunoterapi dengan kemoterapi bertahan hidup lebih lama daripada pasien yang hanya diberikan kemoterapi saja.
Terapi sel CAR T
Pada kesempatan yang sama, Dr Lim Zi Yi, Konsultan Senior Hematologi di PCC, berbicara mengenai penggunaan imunoterapi pada kanker darah. Secara khusus ia memfokuskan pada terapi sel yang disebut terapi sel CAR T.
Sel-sel T adalah bagian dari sistem imun dan mereka merupakan sejenis sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi. Mereka juga memiliki kemampuan untuk membunuh sel-sel kanker.
Sel-sel CAR T adalah sel-sel T yang telah direkayasa secara genetik untuk menghasilkan reseptor pada permukaannya yang disebut reseptor antigen kimerik/chimeric antigen receptors (CARs). Reseptor khusus ini memungkinkan sel-sel T untuk mengenali dan melekatkan diri mereka pada protein, atau antigen, khusus pada sel-sel tumor. Kemudian sel-sel T menghancurkan sel-sel tumor.
Dr Lim menceritakan kisah seorang gadis cilik di London yang didiagnosis menderita leukemia limfoblastik akut/acute lymphoblastic leukaemia (ALL) pada bayi pada tahun 2015, ketika ia baru berusia tiga bulan. Ia menderita bentuk leukemia yang sangat agresif yang juga tidak mempan dengan pengobatan konvensional seperti kemoterapi.
“Ia diberikan obat yang hidup, hanya 1ml sel-sel khusus untuk menargetkan kanker,” ujarnya. “Tiga minggu kemudian, tiba-tiba tumor mulai menghilang secara perlahan.”
“Ia diberikan obat yang hidup, hanya 1ml sel-sel khusus untuk menargetkan kanker. Tiga minggu kemudian, tiba-tiba tumornya mulai menghilang secara perlahan.”
Penelitian terhadap sel CAR T telah memperlihatkan data yang positif dalam berbagai jenis kanker darah yang berbeda, seperti misalnya ALL sel B, limfoma sel B derajat tinggi, dan multiple myeloma, ujarnya.
FDA di Amerika Serikat telah memberikan persetujuan bagi dua jenis obat sel CAR T, yaitu Kymriah dan Yescarta, imbuhnya.
Kini ada sekitar 200 penelitian di seluruh dunia yang meneliti terapi sel CAR T. “Terapi ini bukannya tidak memiliki risiko, namun terapi ini sangat menarik.” Risikonya meliputi sindrom pelepasan sitokin (produksi sel-sel imun secara berlebihan yang dapat mengancam jiwa) dan neurotoksisitas.
Masalah lainnya adalah terapi sel CAR T sangat mahal. Meski demikian, seiring dengan berjalannya waktu, kemungkinan harganya akan turun, ujarnya.
Apa yang Baru dalam Imunoterapi?
Stadium dini: Para peneliti kini mencari cara bagaimana agar imunoterapi dapat digunakan pada kanker stadium lebih dini untuk mencegah kembalinya tumor.
Sebelum operasi: Penelitian juga dilakukan untuk melihat bagaimana imunoterapi dapat memperkecil ukuran tumor sebelum operasi.
Menggabungkan obat: Uji klinik telah memperlihatkan bahwa menggabungkan kelas obat imunoterapi yang berbeda dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Sel CAR T: Penelitian memperlihatkan data yang positif mengenai kerja sel-sel T pada berbagai jenis kanker darah yang berbeda, seperti misalnya ALL sel B, limfoma sel B derajat tinggi, dan multiple myeloma.