Dr Anselm Lee, seorang ahli hematologi-onkologi anak di Parkway Cancer Centre, membahas tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai mengapa anak-anak terkena kanker.
Dengan meningkatnya jumlah kasus kanker di seluruh dunia, sangat banyak informasi yang dapat diperoleh pada masa kini mengenai penyakit tersebut, khususnya mengenai kanker pada orang dewasa.
Namun, tidak banyak yang diketahui mengenai kanker yang menyerang anak-anak. Meskipun kanker seperti itu langka, tetap saja mereka menyerang satu dari 500 orang yang berusia di bawah 18 tahun. Jenis kanker yang umum menyerang anak-anak adalah leukemia, tumor otak, dan limfoma.
Meski banyak hal kita ketahui mengenai kanker pada orang dewasa, semua itu tidak berlaku pada kanker yang menyerang anak-anak. Berikut ini tujuh mitos umum mengenai kanker pada anak-anak.
Mitos 1: Anak-anak “mewarisi” kanker
Sebagian besar kanker bersifat genetik. Namun, hal ini bukan berarti mereka diwariskan dari orangtua. Terdapat dua jenis utama perubahan genetik, yaitu perubahan somatik dan garis kuman.
Sebuah contoh perubahan somatik adalah pada orang dewasa yang sel-selnya secara genetik berubah untuk menyebabkan kanker sebagai akibat dari merokok atau paparan radiasi. Pasien yang menderita kanker paru dan mereka yang terkena kanker akibat perubahan genetik somatik tidak mewarisi kecenderungan terkena kanker dari orangtuanya.
Di sisi lain, perubahan genetik garis kuman dapat diwariskan. Namun, perubahan ini sangat jarang ditemukan dalam kanker pada anak-anak. Beberapa jenis kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker usus berkaitan dengan mutasi garis kuman. Kasus aktris Angelina Jolie yang mewarisi gen kanker payudara/ovarium BRCA1 dari ibunya yang meninggal akibat kanker payudara, merupakan sebuah contoh yang bagus meskipun hal ini jarang terjadi.
Fakta bahwa kanker terjadi pada usia muda tidak berarti bahwa kanker tersebut diwariskan. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 2 persen dari kanker pada anak-anak yang berasal atau memiliki kecenderungan dari keluarga.
Hanya 2 persen dari anak-anak penderita kanker yang berasal atau memiliki kecenderungan dari keluarga.
Mitos 2: Penyebab kanker pada anak-anak telah diketahui
Terdapat penyebab umum atau faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker pada orang dewasa. Ini meliputi merokok, radiasi, diet, obesitas, paparan hormon, paparan dalam pekerjaan, infeksi hepatitis B, dan sebagainya.
Namun, sebagian besar faktor risiko tersebut tidak memiliki relevansi terhadap terjadinya kanker pada anak-anak dan tidak dapat menjelaskan mengapa anak-anak, dalam usia semuda itu, terkena kanker.
Bahkan, bila seorang bayi yang baru lahir mulai merokok segera setelah ia lahir, ia tidak akan terkena kanker paru sebelum ulang tahunnya yang ke-18. Ini bukan berarti bahwa anak-anak dapat mulai merokok dan hal tersebut tidak akan berisiko pada kesehatan mereka. Namun, ini menggambarkan mengapa terjadinya kanker pada anak-anak tidaklah sama dengan kanker pada orang dewasa.
Penyebab kanker pada anak-anak masih banyak tidak diketahui.
Mitos 3: Kanker pada anak-anak dapat dicegah
Kecuali hepatoma, kanker pada anak-anak tidak dapat dicegah.
Umumnya, kita bahkan tidak tahu bagaimana kanker dapat terjadi pada anak-anak. Dengan demikian, tidaklah mungkin bagi anak-anak atau orangtua mereka untuk melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi kemungkinan terjadinya kanker pada anak-anak.
Hepatoma (atau karsinoma hepatoseluler pada hati) kini sangat langka dijumpai pada negara-negara yang vaksin hepatitis B diberikan secara universal kepada anak kecil.
Kanker pada anak-anak tidak dapat dicegah
Mitos 4: Kita dapat melakukan skrining dan mendeteksi kanker secara dini pada anak-anak
Aspek penting dari dari pengobatan kanker adalah pendeteksi dini, yang dapat dilakukan melalui skrining. Ini secara khusus bermanfaat dalam deteksi dini kanker payudara, serviks, dan bahkan kanker usus.
Skrining dan deteksi dini bekerja dengan baik dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, bila kankernya merupakan jenis yang umum dijumpai, bila ada stadium prakanker, bila kanker berkembang dengan lambat, atau bila ada suatu cara yang sederhana untuk mendeteksi kanker pada stadium dini.
Mari kita ambil contoh leukemia yang merupakan kanker yang paling umum dijumpai pada anak-anak, menyerang sekitar satu dari 30.000 anak tiap tahunnya. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menentukan apakah ada leukemia atau tidak adalah melalui aspirasi sumsum tulang belakang. Namun, biaya untuk melakukan tindakan tersebut, rasa tidak nyaman dan nyeri yang ditimbulkan oleh tusukan pada sumsum tulang belakang untuk setiap orang dari 30.000 anak hanya untuk mendeteksi 1 kasus yang positif rasanya tidaklah sebanding.
Skrining atau deteksi dini tidak banyak berperan dalam pencegahan kanker pada anak-anak.
Mitos 5: Sebagian besar anak yang menderita kanker akan meninggal akibat penyakitnya
Sayangnya, pernyataan ini benar bagi anak-anak yang tinggal di negara yang tidak memiliki sumber daya yang memadai, prasarana kesehatan yang tidak baik, atau bila mereka tidak ditangani oleh tenaga kesehatan yang terlatih dengan baik.
Namun, di Singapura dan sebagian besar negara maju, 75 persen dari anak-anak yang didiagnosis menderita kanker dapat bertahan hidup dan, pada kenyataannya, diharapkan menjadi penyintas jangka panjang. Berkat adanya kemajuan dalam diagnostik dan pengobatan medis, pada umumnya anak-anak tersebut dapat bertahan hidup dan menjalani kehidupan yang normal.
Sebagai contoh, dalam kasus leukemia limfoblastik akut, suatu bentuk leukemia yang umum dijumpai di Singapura, 90 persen pasien dapat sembuh hanya dengan kemoterapi.
Anak-anak penderita kanker dapat bertahan hidup bila diberikan pengobatan yang tepat di bawah perawatan dokter ahli.
Mitos 6: Kemoterapi terlalu keras untuk anak-anak
Memang benar bahwa kemoterapi dikenal memiliki banyak efek samping.
Seorang anak yang menderita kanker mengatakan kepada saya bahwa ia merasa seperti memiliki seratus sariawan di dalam mulutnya. Namun, 1 minggu kemudian, ia sudah merasa baik dan bahkan dapat makan makanan yang pedas. Efek samping yang akut dan menyakitkan dari kemoterapi biasanya hanya bersifat sementara.
Semua obat kemoterapi diberikan dalam dosis yang sesuai bagi ukuran tubuh masing-masing pasien dan efek akut ini cukup dapat diprediksi dan dapat diatasi. Meskipun efek sampingnya keras, anak-anak dapat menghadapinya sama seperti orang dewasa.
Efek samping yang akut dan menyakitkan dari kemoterapi biasanya hanya bersifat sementara.
Mitos 7: Anak-anak penyintas kanker akan menjadi mandul
Semua orang yang terlibat dalam perjuangan melawan kanker sangat khawatir akan efek jangka panjang dari pengobatan antikanker. Organ-organ, seperti ginjal, jantung, mata, telinga dan bahkan otak dapat rusak akibat operasi, radioterapi atau kemoterapi.
Namun, sebagian besar anak-anak yang menderita kanker tidak mengalami kerusakan pada organ mereka. Banyak dari mereka yang bertahan hidup juga mampu menjadi ayah atau ibu dari anak-anak ketika mereka dewasa.
Ketidaksuburan dapat terjadi bila ovarium atau testis rusak akibat kanker, operasi atau radiasi, atau ketika digunakan kemoterapi dengan dosis yang sangat tinggi, atau ketika pusat hormon di dalam otak menjadi rusak.
Secara keseluruhan, anak-anak yang menderita kanker dapat bertahan hidup bila mereka diberikan pengobatan yang tepat di bawah perawatan dokter ahli. Mereka tidak hanya dapat bertahan hidup, mereka juga dapat menjalani kehidupan dewasa yang produktif dan sehat.
Sebagian besar anak-anak yang menderita kanker tidak mengalami kerusakan pada organ mereka.
Kanker pada Masa Anak-anak, Apa yang Kita Ketahui
> Kanker pada anak-anak langka dijumpai: Hanya 1 dari 500 anak yang mungkin akan terkena kanker sebelum mereka berusia 18 tahun.
> Hanya 2 persen dari kanker pada anak-anak yang berasal atau memiliki kecenderungan dari keluarga. Sebagian besar kasus terjadi secara acak dan penyebabnya pun sebagian besar tidak diketahui.
> Jenis kanker yang paling umum dijumpai pada anak-anak adalah leukemia, tumor otak, dan limfoma.
> Leukemia, yang merupakan kanker yang paling umum dijumpai pada anak-anak, menyerang 1 dari 30.000 anak tiap tahunnya.
> Sekitar 75 persen anak-anak yang didiagnosis menderita kanker di Singapura dan sebagian besar negara maju akan bertahan hidup.
> Sebagian besar anak yang menderita kanker tidak mengalami kerusakan organ akibat pengobatan yang dijalaninya.